Minggu, 28 Juni 2009

FROM RUU KEPERAWATAN AND CIWIDEY HOLIDAY

 

 

 

 
Posted by Picasa

SEKILAS INFO

sekilas info:
Bagi pembaca yang menggunakan Parabola Digital.
Frekuensi SCTV:3756/H/6520:6250(coba aja salah satu.

Selasa, 23 Juni 2009

Keperawatan komunitas

C. Konsep Desa Siaga
1. Desa Siaga
Desa Siaga adalah desa yang memiliki kesiapan sumber daya dan kemampuan untuk mencegah dan mengatasi masalah-masalah kesehatan (bencana dan kegawatdaruratan kesehatan) secara mandiri.(KEPMENKES NO. 564/MENKES/SK/VII/2006).
2. Tujuan Desa Siaga
a. Tujuan Umum:
Terwujudnya desa dengan masyarakat yang sehat, peduli dan tanggap terhadap masalah-masalah kesehatan (bencana dan kegawat daruratan kesehatan) di desanya.
b. Tujuan Khusus:
1) Meningkatnya pengetahuan dan kesadaran masyarakat desa tentang pentingnya kesehatan dan melaksanakan perilaku hidup bersih.
2) Meningkatnya kemampuan dan kemauan masyarakat desa untuk menolong dirinya sendiri di bidang kesehatan.
3) Meningkatnya kewaspadaan dan kesiapsiagaan masyarakat desa terhadap resiko dan bahaya yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan (bencana, wabah penyakit, dan sebagainya ).
4) Meningkatnya kesehatan lingkungan di desa.

3. Sasaran Pengembangan Desa Siaga.
Sasaran pengembangan dsa siaga adalah:
a. Semua individu dan keluarga di desa yang diharapkan mampu melaksanakan hidup sehat, peduli dan tanggap terhadap permasalahan kesehatan di wilayah desanya.
b. Pihak-pihak yang mempunyai pengaruh terhadap perilaku individu dan keluarga di desa atau dapat menciptakan iklim yang kondusif bagi perubahan perilaku tersebut yaitu tokoh-tokoh pemerintahan/ masyarakat/ agama/ perempuan/ pemuda, PKK, Karang Taruna, media massa, dan lain-lain.
c. Pihak-pihak yang diharapkan memberikan dukungan kebijakan, peraturan perundang-undangan, dana, tenaga, sarana, dan lain-lain. Yaitu Kepala Desa, Camat, Pejabat pemerintahan lainnya, dunia usaha, donatur dan stakeholders lainnya.
4. Kriteria dan Indikator Keberhasilan Desa Siaga
Kriteria desa siaga yaitu memiliki minimal 1 (satu) POSKESDES atau Pos Kesehatan Desa. Indikator Keberhasilan Desa Siaga:
a. Indikator Masukan (Input):
1) Ada tidaknya forum masyarakat desa
2) Ada tidaknya Poskedes dan sarananya
3) Ada tidaknya tenaga kesehatan (minimal bidan)
4) Ada tidaknya UKBM lain
b. Indikator Proses (Process):
1) Frekwensi pertemuan forum masyarakat desa
2) Berfungsi atau tidaknya Poskesdes
3) Berfungsi atau tidaknya UKBM yang ada
4) Berfungsi atau tidaknya sistem kesiapsiagaan dan penanggulangan kegawatdaruratan dan bencana
5) Berfungsi atau tidaknya sistem surveilans (pengamatan dan pelaporan)
6) Ada atau tidaknya kunjungan rumah untuk kadarzi dan PHBS (oleh Nakes atau kadeasir)
c. Indikator Keluaran (Output):
a. Cakupan Yankes Poskesdes
b. Cakupan pelayanan UKBM yang ada
c. Jumlah kasus kegawatdaruratan dan kejadian luar biasa (KLB) yang dilaporkan atau diatasi
d. Cakupan rumah tangga yang mendapat kunjungan rumah untuk kadarzi dan PHBS
d. Indikator Dampak (Outcome):
a. Jumlah yang menderita sakit (kesakitan kasar)
b. Jumlah yang menderita gangguan jiwa
c. Jumlah ibu melahirkan yang meninggal dunia
d. Jumlah bayi dan balita yang meninggal dunia
e. Jumlah balita dengan gizi buruk.
5. Kegiatan Desa Siaga
Kegiatan Desa Siaga yang dapat dilakukan masyarakat di desa siaga adalah :
a. Promosi kesehatan berupa pemberian informasi kesehatan yang dapat dilakukan oleh kader desa siaga atau tokoh masyarakat yang telah dilatih.
b. Pencegahan penyakit dengan mengidentifikasi faktor risiko yang dapat menimbulkan penyakit.
c. Penerapan perilaku hidup bersih dan sehat dalam kehidupan sehari-hari.
d. Gotong royong masyarakat dalam rangka menjaga kebersihan dan kesehatan lingkungan untuk mencegah penyakit yang dapat itimbulkan akibat lingkungan yang kurang sehat
e. Pemantauan tumbuh kembang balita melalui kegiatan posyandu.
f. Pemantauan kesehatan ibu hamil, pasca persalinan melalui kegiatan POLKESDES
g. Gerakan keluarga sadar gizi (kadarzi) dalam rangka pemenuhan kebutuhan gizi seimbang bagi anggota keluarga.
h. Survei mawas diri dalam rangka mengidentifikasi masalah kesehatan & penyebabnya, mencari alternatif penyelesaian masalah, melakukan kegiatan dalam mengatasi masalah yang dilakukan masyarakat melalui musyawarah masyarakat desa.
Untuk melakukan berbagai kegiatan tersebut, peran serta masyarakat merupakan kunci keberhasilannya, artinya masyarakat menyadari masalah dan kebutuhan mereka serta mampu mencari alternatif dalam menyelesaikannya. Untuk mengaitkan bagaimana peran tenaga kesehatan dalam memberdayakan masyarakat, berikut ini diuraikan sedikit mengenai konsep pemberdayaan masyarakat.
6. Pemberdayaan Masyarakat
Pemberdayaan masyarakat adalah segala upaya yang bersifat non instruktif guna meningkatkan pengetahuan dan kemampuan masyarakat agar mampu mengidentifikasi masalah, merencanakan dan melakukan penyelesaian masalah dengan memanfaatkan potensi masyarakat setempat tanpa bergantung pada bantuan dan luar. Pola pemberdayaan masyarakat yang dibutuhkan bukan kegiatan yang sifatnya top-down intervention yang tidak menjunjung tinggi aspirasi dan potensi masyarakat untuk melakukan kegiatan swadaya, akan tetapi yang paling dibutuhkan masyarakat lapisan bawah terutama yang tinggal di desa adalah pola pemberdayaan yang sifatnya bottom-up intervention yang menghargai dan mengakui bahwa masyarakat lapisan bawah memiliki potensi untuk memenuhi kebutuhannya, memecahkan permasalahannya, serta mampu melakukan usaha-usaha produktif dengan prinsip swadaya dan kebersamaan. Pola pendekatan yang paling efektif untuk memberdayakan masyarakat adalah the inner resources approach. Pola ini menekankan pentingnya merangsang masyarakat untuk mampu mengidentifikasi keinginan-keingmnan dan kebutuhan-kebutuhannya dan bekerja secana kooperatif dengan pemerintah dan badan-badan lain untuk mencapai kepuasan bagi mereka. Pola mi mendidik masyarakat menjadi concern akan pemenuhan dan pemecahan masalah yang dihadapi dengan menggunakan potensi yang mereka miliki.
a. Tujuan Pemberdayaan masyarakat
Pemberdayaan masyarakat bertujuan untuk meningkatkan potensi masyarakat agar mampu meningkatkan kualitas hidup yang lebih baik bagi seluruh warga masyarakat melalui kegiatan-kegiatan swadaya. Memberdayakan masyarakat bertujuan ?mendidik masyarakat agar mampu mendidik din mereka sendiri? atau ?membantu masyarakat agar mampu membantu diri mereka sendiri?. Tujuan yang akan dicapai melalui usaha pemberdayaan masyarakat adalah masyarakat yang mandiri, berswadaya, mampu mengadopsi inovasi, dan memiliki pola pikir yang kosmopolitan.
b. Prinsip Pemberdayaan masyarakat
Prinsip pemberdayaan masyarakat adalah menumbuh kembangkan potensi masyarakat, meningkatkan kontribusi masyarakat dalam pembangunan kesehatan, mengembangkan gotong-royong, bekerja bersama masyarakat, KIE berbasis masyarakat, kemitraan dengan LSM dan organisasi masyarakat lain serta desentralisasi
c. Proses pemberdayaan masyarakat
1) Mengetahui karakteristik masyarakat setempat (lokal) yang akan diberdayakan, termasuk perbedaan karakteristik yang membedakan masyarakat desa yang satu dengan yang lainnya. Mengetahui artinya untuk memberdayakan masyarakat diperlukan hubungan timbal balik antara petugas dengan masyarakat.
2) Mengumpulkan pengetahuan yang menyangkut informasi mengenai masyarakat setempat. Pengetahuan tersebut merupakan informasi faktual tentang distribusi penduduk menurut umur, sex, pekerjaan, tingkat pendidikan, status sosial ekonomi, termasuk pengetahuan tentang nilai, sikap, ritual dan custom, jenis pengelompokan, serta faktor kepemimpinan baik formal maupun informal.
3) Identifikasi tokoh masyarakat setempat
Segala usaha pemberdayaan masyarakat akan sia-sia apabila tidak memperoleh dukungan dan pimpinan/tokoh-tokoh masyarakat setempat. Untuk itu faktor ?the local leaders? harus selalu diperhitungkan karena mereka mempunyai pengaruh yang kuat di dalam masyarakat.
4) Tekankan bahwa terdapat masalah dalam masyarakat tersebut
Di dalam masyarakat yang terikat terhadap adat kebiasaan, sadar atau tidak sadar mereka tidak merasakan bahwa mereka punya masalah yang perlu dipecahkan. Karena itu, masyarakat perlu pendekatan persuasif agar mereka sadar bahwa mereka punya masalah yang perlu dipecahkan, dan kebutuhan yang perlu dipenuhi. Memberdayakan masyarakat bermakna merangsang masyarakat untuk mendiskusikan masalahnya serta merumuskan pemecahannya dalam suasana kebersamaan. Masyarakat perlu diberdayakan agar mampu mengidentifikasi permasalahan yang paling menekan. Dan masalah yang paling menekan inilah yang harus diutamakan pemecahannya.
Tujuan utama pemberdayaan masyarakat adalah membangun rasa percaya diri masyarakat. Rasa percaya diri merupakan modal utama masyarakat untuk berswadaya. Masyarakat perlu diberdayakan untuk menetapkan suatu program yang akan dilakukan. Program action tersebut perlu ditetapkan menurut skala prioritas, yaitu rendah, sedang, dan tinggi. Tentunya program dengan skala prioritas tinggilah yang perlu didahulukan pelaksanaannya. Memberdayakan masyarakat berarti membuat masyarakat tahu dan mengerti bahwa mereka memiliki kekuatan-kekuatan dan sumber-sumber yang dapat dimobilisasi untuk memecahkan permasalahan dan memenuhi kebutuhannya. Pemberdayaan masyarakat adalah suatu kegiatan yang berkesinambungan. Karena itu, masyarakat perlu diberdayakan agar mampu bekerja memecahkan masalahnya secara kontinyu. Salah satu tujuan pemberdayaan masyarakat adalah tumbuhnya kemandirian masyarakat. Masyarakat yang mandiri adalah masyarakat yang sudah mampu menolong diri sendiri. Untuk itu, perlu selalu ditingkatkan kemampuan masyarakat untuk berswadaya. Berdasarkan konsep pemberdayaan yang telah diuraikan dan jika kita melihat kondisi yang ada saat ini bahwa bentuk pemberdayaan masyarakat yang sudah dilakukan melalui penyediaan SDM di masyarakat yaitu dengan memberdayakan kader desa siaga. Saat ini hampir di seluruh wilayah yang melaksanakan program posyandu memiliki tenaga kader, sehingga mereka bisa diberdayakan dengan memberikan pengetahuan dan keterampilan melalui pelatihan kader. Bagi desa yang akan dikembangkan menjadi desa siaga dan belum memiliki tenaga kader, seyogyanya mempersiapkannya melalui proses rekruitmen Pemberdayaan kader sebagai tenaga potensial di masyarakat diharapkan mampu mendukung pengembangan desa siaga. Untuk mendukung tercapainya masyarakat yang dapat diberdayakan secara optimal, maka diperlukan sejumlah tenaga kesehatan yang kompeten dalam membangun masyarakat tersebut. Berikut ini adalah kebutuhan tenaga kesehatan baik jenis maupun jumlahnya.

Konsep Patofisiologi

Patofisiologi adalah ilmu yang mempelajari gangguan fungsi pada organisme yang sakit meliputi asal penyakit , permulaan perjalanan dan akibat. Penyakit adalah suatu kondisi abnormal yang menyebabkan hilangnya kondisi normal yang sehat. Ditandai (sebab, tanda dan gejala, perubahan secara spesifik oleh gambaran yang jelas morfologi dan fungsi dsb). Abnormalitas dapat berupa bentuknya atau fungsinya atau keduanya. Batasan Kondisi normal, bila dapat diukur dinyatakan dalam ukuran numeric, biasanya dibatasi oleh dua simpangan baku (untuk bentuk distribusi “normal”) pada tiap sisi harga tengah (mean). Respon terhadap lingkungan setiap individu atau spesies harus mengadaptasi atau bila tidak mampu akan menyebabkan kematian.Adaptasi Merupakan proses penyesuaian setiap individu terhadap lingkungan yang buruk. Kegagalan melakukan adaptasi akan menyebabkan kematian. Mampu membentuk pertahanan tubuh yang spesifik untuk mikroorganisme akan kebal terhadap infeksi, bagi yang tidak mampu akan menderita sakit yang dapat berakhir dengan kematian. Penyakit merupakan suatu mekanisme yang menghasilkan tanda dan gejala klinis maupun patologis. Termasuk dalam patogenesis penyakit:
a. Proses radang yaitu suatu respon terhadap berbagai mikroorganisme dan berbagai jenis bahan yang merugikan menyebabkan kerusakan jaringan.
b. Degenerasi yaitu kemunduran sel atau jaringan yang merupakan respon atau kegagalan dari penyesuaian terhadap berbagai agen.
c. Karsinogenesis yaitu mekanisme dimana bahan karsinogen menyebabkan terjadinya kanker.
d. Reaksi imun yaitu suatu efek/reaksi sistem imun tubuh yang tidak diinginkan.
e. Periode laten dan inkubasi, waktu terjadinya penyakit dikenal sebagai periode laten yang biasanya dinyatakan dalam dua atau tiga dekade. Dalam lingkup penyakit infeksi (karena mikroorganisme), waktu antara masuknya kuman dan terjadinya sakit disebut periode/waktu inkubasi, yang biasanya dinyatakan dalam hari atau minggu. Mikroorganisme mempunyai periode inkubasi yang khusus untuk setiap agen penyebab.
Prognosis penyakit merupakan perkiraan terhadap apa yang diketahui atau terhadap perjalanan suatu penyakit, sebagai kemungkinan yang akan dihadapi oleh penderita, sedangkan remisi dan kambuh remisi merupakan proses perkembangan dari kondisi aktif menuju kondisi yang tenang. Bila tanda dan gejala timbul kembali dikenal dengan kambuh(relapse).
Manfaat patofisiologi bagi keperawatan adalah sebagai dasar perawat dalam menganalisa masalah yang terjadi pada klien, sehingga dapat mengidentifikasi pemenuhan kebutuhan dasar klien yang terganggu secara rasional dan ilmiah.

Rabu, 10 Juni 2009

keperawatan jiwa

KOMUNIKASI TERAPEUTIK PERAWAT-KLIEN


A. PENDAHULUAN
Komunikasi sangat bermakna pada profesi keperawatan yang mana merupakan metode utama dalam memberikan asuhan keperawatan. Komunikasi terapeutik sebagai komunikasi professional.

B. DEFINISI KOMUNIKASI TERAPEUTIK
Komter (komunikasi terapeutik) merupakan komunikasi yang direncanakan secara sadar, tujuan dan kegiatannya difokuskan untuk menyembuhkan klien.
Komter merupakan media untuk saling memberi dan menerima antar perawat dengan klien. Komter berlangsung secara verbal dan non verbal
Dalam komter ada tujuan spesifik, batas waktu, berfokus pada klien dalam memenuhi kebutuhan klien, ditetapkan bersama, timbal balik, berorientasi pada masa sekarang, saling berbagi perasaan.

C. TUJUAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK
Tujuan komunikasi terapeutik adalah untuk perkembangan klien (Stuart dan Sundeen):
1. Kesadaran diri, penerimaan diri, penghargaan diri yang meningkat
2. Identitas diri jelas, peningkatan integritas diri
3. Membina hubungan interpersonal yang intim, interdependen, memberi dan menerima dengan kasih sayang.
4. Peningkatan fungsi dan kemampuan untuk mencapai tujuan yang realistic

D. TEKNIK KOMUNIKASI TERAPEUTIK
Menurut Stuart dan Sundeen (1998), dalam menanggapi pesan yang disampaikan klien, perawat menggunakan tehnik komunikasi terapeutik.

1. LISTENING (Mendengarkan)
Definisi : menerima informasi secara aktif dan memperhatikan respon klien.
a. Sebagai dasar utama komunikasi
b. Sehingga perawat tahu perasaan klien
c. Beri waktu yang banyak untuk bicara.
d. Jadilah pendengar yang aktif
e. Sikap/nonverbal: kontak mata, tidak menyilangkan tangan/kaki, hindari gerak tubuh yang tidak perlu, anggukkan kepala, tubuh condong
f. Nilai : anda bernilai untuk saya, saya tertarik pada anda
g. Listening secara aktif dan pasif (mendengar dengan kegiatan nonverbal)
h. Misal : oo…. oo…. oo …., mhmmm…., ya saya dengan kamu….
i. Cara jadi pendengar yang efektif :
1) Fokus pada pemahaman apa yang dikatakan seseorang
2) Pelihara kontak mata
3) Melihat sekitar, sering berubah posisi menunjukkan tidak mendengarkan
4) Posisi pada level yang sama
5) Duduk bila mungkin
6) Berdiri menandakan diangapa akan pergi, tidak punya waktu cukup untuk komunikasi
7) Sikap kalem saat klien berfikir untuk menjawab, jangan bicara sebelum orang lain bicara.
8) Respon baik (verbal, nonverbal).
2. BROAD OPENING (Pertanyaan terbuka)
a. Yaitu suatu teknik untuk membuka pembicaraan
Misal : kamu memikirkan tentang apa? Bagaimana perasaanmu hari ini?
b. Memberi kesempatan untuk memilih
3. RESTATING (Mengulang)
a. Mengulang pokok pikiran yang diungkapkan klien
b. Guna : menguatkan ungkapan klien, mengindikasikan perawat mengikuti pembicaraan klien
c. Misal : kamu mengatakan bahwa ibumu meninggalkan waktu usiamu 5 tahun ?
4. CLARIFICATION (Klarifikasi)
a. Dilakukan jika perawat ragu, tidak jelas, tidak mendengar/klien malu mengemukakan informasi, informasi yang di dapat tidak lengkap/mengemukakan berpindah-pindah. Misal : dapatkah anda jelaskan kembali tentang….? Apa yang bapak maksud dengan….?
b. Perawat berusaha menjelaskan kembali kata ide yang tidak jelas dikatakan klien.
c. Guna : untuk kejelasan dan kesamaan ide, perasaan dan persepsi.
5. THEMA IDENTIFICATION (Identifikasi Tema)
Definisi : pokok yang mendasari persoalan/masalah yang sering muncul
a. Latar belakang masalah yang dialami klien yang muncul selama percakapan
b. Guna : meningkatkan pengertian dan eksplorasi masalah yang penting
c. Misal : saya lihat dari semua keterangan yang anda jelskan anda telah disakiti. Apakah ini latar belakang masalahnya?
6. SILINECE (Diam)
a. Biasanya dilakukan setelah mengajukan pertanyaan
b. Tujuan : memberi kesempatan berfikir dan memotivasi klien bicara.
c. Perlu ketrampilan dan ketepatan waktu
1) Bermanfaat saat klien harus mengambil keputusan
2) Pada klien menarik diri, diam berarti perawat menerima klien.
7. REFLECTION (Refleksi)
a. Definisi : mengembalikan kepada klien segala ide pasien, perasaan, pertanyaanya, dan isinya, agar pasien menyadari dan dapat mengambil keputusan.
b. Klien punya hak mengemukakan pendapat, membuat keputusan, memikirkan diri sendiri.
c. Refleksi:
1) Refleksi isi, memvalidasi yang didengar, klarifikasi ide yang diekspresikan klien dengan pengertian perawat
2) Refleksi perasaan, memberi respon pada perasaan klien terhadap isi pembicaraan, agar klien tahu dan menerima perasaannya.
d. Guna : Mengetahui dan menerima ide dan perasaan
Mengoreksi
Memberi keterangan yang jelas
e. Rugi :
1) Mengulang terlalu sering dan sama
2) Dapat menimbulkan marah, iritasi, frustasi
Misal :
Klien : Apakah menurut anda saya harus mengatakan pada dokter?
Perawat : Apakah menurut bapak sendiri bapak harus mengatakan pada dokter
Missal : Anda merasa tegang dan khawatir, apa ada hubungannya dengan….?
8. FOCUSING (Memfokuskan)
Membantu klien bicara sesuai topik yang dipilih, sesuai tujuan spesifik, lebih jelas, berfokus pada realitas.
Misal : wanita sering menjadi bulan-bulanan. Coba anda ceritakan perasaan anda sebagai wanita?
9. MEMBAGI PERSEPSI
a. Definsi : menanyakan pada klien untuk menguji pengertian perawat tentang yang ia fikir dan rasakan
b. Meminta pendapat klien tentang hal yang perawat rasakan dan difikirkan, sehingga perawat dapat meminta umpan balik dan memberi informasi
Misal : anda tertawa, tapi saya rasa anda marah pada saya.
10. INFORMING
a. Memberi informasi dan fakta untuk penkesh
b. Tidak dibenarkan memberi nasehat saat memberi informasi.
Misal :
Apakah saya perlu menerangkan tentang kerja obat yang bapak makan?
11. SUGESSTING (Saran)
a. Memberi alternatif ide untuk pemecahan masalah
b. Tepat digunakan pada fase kerja dan tidak pada fase awal hubungan.
12. HUMOR
a. Lawakan yang menyenangkan, diungkapkan dengan bermain-main.
b. Guna : Meningkatkan kesadaran, menyegarkan suasana, menurunkan agresi
c. Jangan sembarangan dan terkesan meremehkan, misal : berikan arti kata baru dari nervous
13. MENYATAKAN HASIL OBSERVASI
a. Perawat menguraikan kesan nonverbal klien
b. Misal : Anda kelihatan tampak tegang….
14. MERINGKAS
a. Pengulangan ide utama yang telah dikomunikasikan secara singkat
b. Tujuan : membantu mengingat topik yang telah dibahas sebelum meneruskan
c. Dapat mengulang aspek penting untuk interaksi berikutnya.
Misal : Selama 10 menit ini bapak dan saya telah membicarakannya….
15. MEMBERI PENGHARGAAN
a. Jangan malah membebani. Misal : Bapak Nampak cocok pakai baju biru
b. Yang membebani: Wah…. Bapak seperti Brad Pitt cakepnya.


16. MENGANJURKAN MENERUSKAN PEMBICARAAN
a. Memberi kesempatan klien untuk mengarahkan hampir seluruh pembicaraan.
b. Tidak terkesan mengarahkan pembicaraan
c. Misal : lanjutkan….
Dan kemudian…. Coba ceritakan hal tersebut pada saya.

E. FASE-FASE HUBUNGAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK PERAWAT-KLIEN
Proses berhubungan perawat klien dapat dibagi dalam 4 fase: Fae prainteraksi, fase perkenalan (Orientasi), Fase kerja dan fase terminasi..
1. FASE PRAINTERAKSI
Prakinteraksi dimulai sebelum kontak pertama dengan klien. Perawat mengeksplorasi perasaan, fantasi dan ketakutannya, sehingga kesadaran dan kesiapan perawat untuk melakukan hubungan dengan klien dapat dipertanggungjawabkan.
Perawat yang sudah berpengalaman dapat menganalisa diri sendiri serta nilai tambah pengamannya berguna agar lebih efektif dalam memberikan asuhan keperawatan. Ia seharusnya mempunyai konsep diri yang stabil dan harga diri yang kuat, mempunyai hubungan yang konstruktif dengan orang lain, dan berpegang pada kenyataan dalam menolong klien (Stuart & Sundeen, 1987).
Pemakaian diri secara terapeutik berarti memaksimalkan pemakaian kekuatan dan meminimalkan pengaruh kelemahan diri dalam memberikan asuhan keperawatan pada klien. Tugas tambahan dalam fase ini adalah mendapatkan informasi tentang klien dan menentukan kontak pertama.
Pra interaksi merupakan masa persiapan sebelum berhubungan dan berkomunikasi dengan klien. Seorang perawat perlu mengevaluasi dirinya tentang kemampuan yang dimilikinya. Jika merasa ada ketidaksiapan maka perlu membaca kembali, diskusi dengan teman. Jika sudah siap perlu membuat rencana interaksi dengan klien.
a. Evaluasi diri
Coba jawab pertanyaan berikut :
Apa pengetahuan yang saya miliki tentang keperawatan jiwa?
Apa yang akan saya ucapkan saat bertemu dengan klien?
Bagaimana saya bersikap jika klien diam, menolak, marah, inkohern?
Adakah pengalaman interaksi dengan klien yang negative/tidak menyenangkan?
Bagaimana tingkat kecemasan saya?
b. Penetapan tahapan hubungan
Yang perlu ditetapkan tahapan hubungan perawat klien :
Apakah kontrak pertama?
Apakah kontrak lanjutan?
Apa tujuan pertemuan?
Apa tindakan yang akan saya lakukan?
Bagaimana cara melakukan?
c. Rencana interaksi
Siapkan secara tertulis rencana percakapan yang akan dilakukan!
Tentukan tehnik komunikasi sesuaikan dengan tujuan yang akan dicapai!
Tentukan tehnik observasiyang akan dilakukan!
Buat langkah-langkah prosedur yang akan dilakukan!
2. FASE PERKENALAN (ORIENTASI)
Fase ini dimulai dengan pertemuan dengan klien. Hal utama yang perlu dikaji adalah alasan klien minta pertolongan yang akan mempengaruhi terbinanya hubungan perawat-klien.
Dalam membina hubungan, tugas utama adalah membina rasa saling percaya, penerimaan dan pengertian, komunikasi yang terbuka dan perumusan KONTRAK dengan klien.
Elemen-elemen kontrak perlu diuraikan dengan jelas pada klien sehingga kerjasama perawat klien dapat optimal. Diharapkan klien berperan serta secara penuh dalam kontrak, namun pada kondisi tertentu, misalnya klien dengan gangguan realita, maka kontrak dilakukan sepihak dan perawat perlu mengulang kontrak jika kontrak realitas klien meningkat.
Perawat dan klien mungkin kan mengalami perasaan tak nyaman, bimbang karena memulai hubungan baru. Klien yang mempunyai pengalaman hubungan interpersonal yang menyakitkan adan sukar menerima dan terbuka pada orang asing. Klien anak memerlukan rasa aman untuk mengekspresikan perasaan tanpa dikritik atau dihukum.
Tugas perawat adalah mengeksplorasi pikiran, perasaan, perbuatan klien dan mengidentifikasi masalah, serta merumuskan tujuan bersama klien.
Elemen kontrak perawat-klien :
a. Nama individu (perawat dank lien)
b. Peran perawat dan klien
c. Tanggung jawab perawat dan klien
d. Harapan perawat dan klien
e. Tujuan hubungan
f. Tempat pertemuan
g. Waktu pertemuan
h. Situasi terminasi
i. Kerahasiaan
Hal-hal yang perlu dilakukan pada fase perkenalan :
Perkenalan dilakukan pada pertemuan pertama
a. Memberi salam
Selamat pagi / siang / sore / malam atau sesuai latar belakang sosial budaya yang disertai dengan mengulurkan tangan untuk jabat tangan.
b. Memperkenalkan diri perawat
“Nama saya Wahyu Purwaningsih, saya senang dipanggil Wahyu.”
c. Menanyakan nama pasien
“Nama bapak/ibu/saudara siapa, apa panggilan kesayangannya?”

d. Menyepakati pertemuan/kontrak
“Bagaimana kalau kita bercakap-cakap.”
“Dimana kita duduk”
Bagaimana kalau kita duduk disana (sebutkan tempatnya)
Jika dirumah sakit langsung katakana silahkan duduk
Jika dikamar pasien, langsung duduk disamping pasien.
e. Menhadapi kontrak
“saya perawat yang bekerja di……, saya akan merawat anda (sebutkan nama pasien) selama 8 hari.”
“dimuai saai ini S/D………, saya datang jam 07.00 dan pulang jam 14.00.”
“Saya akan membantu anda (sebutkan nama pasien) untuk menyelesaikan masalah yang anda (sebutkan nama pasien) hadapi.”
“kita bersama-sama menghadapi masalah yang anda (sebutkan nama pasien)”
f. Memulai percakapan awal
Fokus percakapan adalah pengkajian keluhan utama atau alasan masuk rumah sakit. Kemudian dilanjutkan dengan hal-hal yang terkait dengan keluhan utama. Jika mungkin melengkapi format pengkajian proses keperawatan.
Contoh komunikasi menkaji keluhan utama
“Apa yang terjadi dirumah sehingga anda (sebutkan nama pasien) dibawa kemari?”
“Apa yang anda (sebutkan nama pasien) sampai datang kemari?”
“Apa masalah yang anda rasakan (sebutkan nama pasien) rasakan?”
Jika klien menjawab lanjutkan eksplorasi sesuai dengan format pengkajian terutama terkait dengan keluhan utama.
Jika tidak menjawab “Saya tidak dapat membantu anda (sebutkan nama pasien) jika anda (sebutkan nama pasien) tidak mau menceritakan masalah yang anda (sebutkan nama pasien) hadapi.
Tampaknya anda (sebutkan nama pasien) belum mau cerita kita duduk bersama saja ya.” (10 menit).
g. Menyepakati masalah klien
Setelah pengkajian jika mungkin pada akhir wawancara sepakati masalah :
“Dari percakapan kita tadi tampaknya anda (sebutkan nama pasien) ……., (sesuaikan dengan kesimpulan masalah), “Misal : Tampaknya anda (sebutkan nama pasien) sungkan berhubungan dengan orang lain, sering marah tak terkendali dirumah.
h. Mengakhiri perkenalan
Terminasi sementara (lihat pada fase terminasi sementara)
Hal-hal yang dilakukan pada fase orientasi :
Orientasi dilakukan pada pertemuan kedua dan seterusnya.
a. Memberi salam
Sama pada perkenalan
b. Memvalidasi keadaan klien
“Bagaimana perasaan anda (sebutkan nama pasien) hari ini?”
“Coba ceritakan perasaannya hari ini?”
c. Mengingatkan kontrak
“Sesuai dengan janji kita kemarin kita akan bertemu lagi jam (sebutkan sesuai janji).
Jika klien ingat janjinya berikan pujian.
“Baiklah sekarang kita akan bicara tentang sesuai dengan hal telah disepakati. Masalah klien (cara berkenalan dengan orang lain, mengungkapkan marah, kebersihan diri, dll)
3. FASE KERJA
Pada fase kerja, perwat dan klien mengeksplorasi stressor yang tepat dan mendorong perkembangan kesadaran diri dengan menghubungkan persepsi, pikiran, perasaan dan perbuatan klien. Perawat membantu klien mengatasi kecemasan, meningkatkan kemandirian dan tanggung jawab diri sendiri dan mengembangkan mekanisme koping yang konstruktif. Perubahan perilaku maladaftif menjadi adaftif merupakan fokus fase ini.
Contoh :
“Apa yang menyebabkan ibu marah?”
Bagaimana ibu mengatasi perasaan tersebut?”
“Saya bantu ibu untuk mengatasi marah.”
4. FASE TERMINASI
Terminasi adalah fase yang amat sulit dan penting dari hubungan terapeutik. Rasa percaya dan hubungan akrab sudah terbina dan berada pada tingkat oprimal.
Keduanya, perawat dan klien akan merasakan kehilangan. Terminasi dapat terjadi pada saat perawat mengakhiri tugas pada unit tertentu atau klien pulang.
Apapun alasan terminasi, tugas perawat pada fase ini adalah menghadapi realitas perpisahan yang dapat diingkari. Klien dan perawat bersama-sama meninjau kembali proses perawatan yang telah dilalui dan pencapaian tujuan. Perasaan marah, sedih dan penolakan perlu dieksplorasidan diekspresikan.
Fase terminasi harus diatasi dengan memakai konsep proses kehilangan. Proses terminasi yang sehat akan memberikan pengalaman positif dalam membantu klien mengembangkan koping untuk perpisahan. Reaksi klien dalam menhadapi terminasi dapat bermacam cara. Klien mungkin mengingkari manfaat hubungan. Klien dapat mengekspresikan perasaan marah dan permusuhannya dengan tidak menghadiri pertemuan atau bicara dangkal.
Terminasi yang mendadak dan tanpa persiapan mungkin dipersepsikan klien sebagai penolakan. Atau perilaku klien kembali pada perilaku sebelumnya, dengan harapan perawat tidak akan mengakhiri hubungan karena klien masih memerlukan bantuan.


a. Terminasi sementara
Terminasi sementara adalah setiap akhir dari pertemuan perawat klien. Sehingga perawat masih akan bertemu lagi dengan klien.
Isi percakapan :
1) Evaluasi
“Coba ibu sebutkan hal-hal yang sudah kita bicarakan.”
2) Tindak lanjut
“Bagaimana kalau ibu lakukan diruangan?”
3) Kontrak yang akan datang
“Kapan kita bertemu lagi?”
Apa yang akan kita bicarakan?”
b. Terminasi akhir
c. Evaluaasi akhir terjadi jika pasien akan pulang atau mahasiswa yang selesai praktek dirumah sakit.
d. Isi percakapan :
1) Evaluasi
“Coba ibu sebutkan kemampuan yang sudah didapat selama dirawat disini?”
2) Tindak lanjut
“Apa rencana yang akan ibu lakukan dirumah?”
3) Kontrak yang akan dating
“Bagaimana perasaan ibu berpisah dengan saya / meninggalkan rumah sakit?”
4) Hal yang sama dengan 1,2,3 dilakukan pada keluarga.




Terminasi 1. Eksplorasi perasaan, fantasi dan ketakutan sendiri
2. Analisa kekuatan kelemahan professional
3. Dapatkan data tentang klien jika mungkin
4. Rencanakan pertemuan pertama.

1. Tentukan alasan masuk klien minta pertolongan
2. Bina rasa saling percaya (trust), penerimaan dan
3. Komunikasi terbuka
4. Rumuskan kontrak pertama
5. Eksplorasi pikiran, perasaan dan perbuatan klien
6. Identifikasi masalah klien
7. Rumuskan tujuan bersama klien

1. Eksplorasi stressor yang tepat
2. Dorong perkembangan kesadaran diri klien & pemakaian mekanisme koping konstruktif
3. Atasi penolakan perilaku adaftif.

1. Ciptakan realitas perpisahan
2. Bicarakan proses terapi dan pencapaian tujuan
3. Saling mengeksplorasi perasaan penolakan&kehilangan, sedih, marah dam perilaku lain.
4. Rencana tindak lanjut (untuk terminasi sementara)

G. ANALISA DIRI
Agar seorang perawat mampu berkomunikasi terapeutik dan mejadi perawat yang terapeutik maka sebelum melakukan interaksi dengan pasien harus melakukan ANALISA DIRI, agar dapat menggunakan diri secara terapeutik, dan dengan menggunakan teknik komunikasi yang baik sehingga mampu mengubah perilaku dan emosi klien yang maladaftif.
Analisa diri meliputi :
1. KESADARAN DIRI SIAPA SAYA ? Perawat harus dapat mengkaji perasaan, reaksi, perilaku secara pribadi atau sebagai pemberi perawatan, sehingga bisa menerima perbedaan dan keunikan klien.
JOHARI WINDOW menggambarkan tentang perilaku, pikiran, perasaan seseorang.
Kuadran I
Diketahui diri & orang lain Kuadran II
Hanya diketahui orang
Kuadran III
Hanya diketahui oleh diri
(Rahasia) Kuadran IV
Tidak diketahui oleh siapapun

Prinsip :
a. Perubahan satu kuadran mempengaruhi kuadran lain.
b. Kuadran satu paling kecil : komunikasi buruk/kesadaran diri kurang.
c. Kuadran I paling besar : Kesadaran diri tinggi/komunikasi baik.
CARA MENINGKATKAN KESADARAN DIRI
a. Mempelajari diri sendiri
Melalui eksplorasi diri tentang fikiran, perasaan, perilaku, termasuk pengalaman yang menyenangkan, hubungan interpersonal dan kebutuhan pribadi.
b. Belajar dengan orang lain
Kesediaan dan keterbukaan menerima umpan balik orang lain akan meningkatkan pengetahuan tentang diri. Aspek negatif akan memberi kesadaran individu untuk memperbaikinya.
c. Membuka diri
Pribadi yang sehat berarti memiliki keterbukaan, maka perlu adanya sahabat yang dapat dipercaya sebagai tempat bercerita/curhat.



2. KLARIFIKASI NILAI
Perawat sebaiknya mempunyai sumber kepuasan dan rasa aman yang cukup, sehingga tidak menggunakan klien untuk kepuasan dam keamanannya.
Jika ada konflik, ketidakpuasan dapat disadari dan diklarifikasi agar tidak mempengaruhi hubungan komter.
Perawat sadar sistem nilai yang dimiliki, misal : keyakinan, sehingga siap mengidentifikasi situasi yang bertentangan dengan sistem nilai yang dimiliki.
3. EKSPLORASI PERASAAN
Terbuka, sadar terhadap persaannya, dan mengontrolnya sehingga bisa membawa diri secara terapeutik, sehingga tahu bagaimana berespon dan bersikap dengan klien.
4. KEMAMPUAN JADI MODEL
Kemampuan untuk jadi suri tauladan.
a) Perawat yang bermasalah, misalnya ketergantungan obat, gangguan interpersonal, dan lain-lain akan mempengaruhi hubungan dengan klien. Jadi perawat haruslah bergaya hidup sehat.
b) Dalam keperawatan jiwa, perawat tidak mungkin memisahkan hubungan professional dengan kehidupan pribadi, karena perawat menggunakan dirinya untuk menolong klien.
c) Perawat efektif bila mampu memenuhi dan memuaskan kehidupan pribadi tidak didominasi konflik, stress, mampu beradaptasi sehat.
5. BERTANGGUNG JAWAB
Perawat bertanggung jawab terhadap tindakannya, sadar akan kelebihan dan kekurangannya.
Dalam berinteraksi dengan klien seorang perawat harus mampu menghadirkan diri secara fisik dan psikoilogis dihadapan klien. Dalam usaha menghadirkan diri secara fisik seorang perawat perlu memahami SIKAP PERAWAT DALAM KOMTER. Sedangkan untuk menghadirkan diri secara psikologis dengan cara memahami DIMENSI RESPON dan DIMENSI TINDAKAN/AKSI.

H. SIKAP PERAWAT DALAM KOMUNIKASI TERAPEUTIK
a. Perawat hadir secara utuh (fisik dan psikologis) tidak hanya cukup dengan tahu tehnik komunikasi terapeutik dan isi komunikasi tapi penting juga “Sikap dan penampilan”.
b. Cara menghadirkan diri secara fisik :
1) Berhadapan, artinya saya siap untuk anda
2) Pertahankan kontak mata pada level yang sama, artinya menghargai klien dan tetap ingin berkomunikasi.
3) Membungkuk ke arah klien, artinya menunjukkan keinginan untuk mengatakan/mendengarkan sesuatu.
4) Mempertahankan sikap terbuka (tidak melipat tangan/kaki) menunjukkan keterbukaan untuk berkomunikasi
5) Tetap rileks
6) Dapat mengontrol keseimbangan antar ketegangan dan relaksasi dalam berespon pada klien.
Kehadiran secara psikologis dapat dibagi dalam 2 dimensi :
1. Dimensi respon perawat
2. Dimensi tindakan perawat.

I. DIMENSI RESPON
a. KEIKHLASAN/KESEJATIAN
Pernyataan melalui keterbukaan, kejujuran, ketulusan, tidak berpura-pura, mengekspresikan perasaan yang sebenarnya.
b. MENGHARGAI
Menerima klien apa adanya, tidak menghakimi, tidak mengkritik, tidak mengejek, tidak menghina.
Misal : duduk diam saat klien menangis, minta maaf atas hal yang tidak disukai klien, menerima permintaan klien untuk tidak bertanya pengalaman tertentu.
c. EMPATI
Empati adalah kemampuan masuk dalam kehidupan klien agar dapat merasakan pikiran dan perasaan tanpa kita terlarut didalamnya. Lalu mengidentifiasi masalah klien dan membantunya. Empati dapat secara verbal/nonverbal.
Misal : memperkenalkan diri, sikap membungkuk pada klien, respon kekuatan dan sumber daya klien, tunjukkan minat, ekspresi hangat.
d. KONKRIT
Terminologi spesifik, bukan abstrak agar tidak muncul keragu-raguan/tidak jelas.
Guna :
1) Mempertahankan respon perawat terhadap perasaan klien.
2) Memberi penjelasan akurat oleh perawat
3) Mendorong klien memikirkan masalah spesifik.

J. DIMENSI TINDAKAN/AKSI
Dimensi tindakan tidak dapat dipisahkan dengan dimensi respon. Tindakan dilaksanakan dalam konteks kehangatan dan pengertian.
Dimensi respon membawa klien pada tingkat penilikan diri tinggi dilanjutkan dengan dimensi tindakan.
a. KONFRONTASI
Merupakan ekspresi perasaan perawat tentang perilaku klien yang tidak sesuai.
Tiga kategori konfrontasi :
1) Ketidaksesuaian konsep diri klien (ekspresi klien tentang dirinya) dan ideal dirinya.
2) Ketidaksesuaian antara ekspresi nonverbal dan perilaku klien.
3) Ketidaksesuaian antara pengalaman klien dengan perawat.
Guna konfrontasi adalah untuk meningkatkan kesadaran klien akan kesesuaian perasaan, sikap, perilaku. Konfrontasi dilakukan secara asertif bukan dengan marah atau agresif.
Sebelum melakukannya pada klien kaji tingkat “TRUST atau percaya”, tepat waktu, tingkat kecemasan klien, kekuatan koping.
Konfrontasi diperlukan pada klien dengan kesadaran diri baik tapi perilaku klien belum berubah.
b. KESEGARAN
Berfokus pada saat ini, sensitive terhadap perasaan klien dan keinginan membantu segera.
c. KETERBUKAAN
Perawat memberi info tentang diri, idealnya, perasaannya, sikap dan nilainya.
Pengalaman diri untuk terapi klien dengan tukar pengalaman ini diharapkan kerjasama dan sokongan.
d. EMOTINAL CATHARSIS
1) Meminta klien bicara tentang hal yang mengganggu dirinya (Perasaanya, ketakutan, pengalaman)
2) Kaji kesiapan klien untuk bicara, bantu ekspresi perasaan klien
3) Suasana diterima dan aman klien akan memperluas kesadaran dan penerimaan diri.
e. BERMAIN PERAN
Bermain peran adalah melakukan peran pada situasi tertentu, untuk meningkatkan kesadaran diri dalam berhubungan dan kemampuan melihat situasi dari pengalaman orang lain.
Klien bebas berperilaku baru pada lingkungan aman.